Sunday, July 29, 2012

Petitah


Eh, sebelum aku baca buku ini *baru lihat sampul depannya*, benar-benar ketipu. Dengan sampul berwarna hitam dan bertintakan putih, membuatku membayangkan kearah kerasnya hidup. Dengan cap telapak sepatu yang menempel disampulnya, ku mulai mengira-ngira lagi sepertinya isinya tentang suatu perjalanan, perjalanan yang jauh. Ya, intinya hanya terbayang perjalanan-perjalanan sang penulis selama ia hidup. Setelah membaca sinopsis disampul belakang, barulah tahu apa kira-kira isi buku tersebut. Ramadhanan. Bagaimana seharusnya kita memulai perjalanan setelah menjalani bulan Ramadhan yang Lebaran adalah pengakhirnya. Tapi bukan hanya sekedar itu, bukan? Aku juga baru tersadar saat membaca sampul belakangnya, bahwa perjalan akan dimulai saat kita telah melewati momen yang biasa kita sebut dengan hari kemenangan dan itu justru petanda kita akan memulai perjalanan kita dengan bekal di bulan Ramadhan yang sudah berlalu dengan mengamalkan Ramadhanan disetiap waktu dan hela napas kita dan tak tahu kapan itu akan berakhir.

a[rt]gus faisal menurutku adalah orang yang rendah hati dan sering bertarung dengan hatinya sendiri. Bisa kita lihat dari penulisan namanya “a[rt]gus faisal” yang tak ada memakai huruf kapital. Kenapa begitu? Karena, biasanya huruf kapital identik dengan suatu kehormatan, yaaaaah bisa dibilang suatu statuslah. Sebagai kota, daerah, nama orang, dan menurutku Tuhan lah yang berhak akan itu. Apakah benar seperti itu a[rt]gus faisal? Aku pun tak tahu.

Petitah (Perjalanan Menuju Awal)
Penulis: a[rt]gus faisal
Penerbit: Hasfa Publishing
Jumlah Halaman: 60 halaman
ISBN: 978-602-7693-05-0

Aku berpikir, maka aku ada
Aku berzikir, maka aku tiada
Aku menulis, aku membaca, aku berpikir, aku berzikir,
Aku tiada, Dia Mahaada

“Ya Rabbi, ya Tuhanku, jauhkanlah kami dari perbuatan menghabiskan waktu untuk perkara-perkara kecil yang tidak berguna. Tunjukkanlah kepada kami selubung ketidaksadaran. Janganlah diperlihatkan kepada kami barang yang tidak nyata sebagai barang yang ada. Janganlah Kau biarkan bayang-bayang menutup batin kami, sehingga kami tidak dapat melihat keindahan-Mu. Jadikanlah bayang-bayang ini sebagai kaca yang melalui batin kami untuk menyaksikan-Mu.”
 Nuruddin Abdurrahman Al-Jami 

Dihalaman 3 dan 4, aku sudah disambut dengan kalimat-kalimat yang tak ku mengerti sepenuhnya, tapi itu benar adanya. Aku pun menyadarinya, walau tak semua. a[rt]gus faisal sepertinya memang sudah mempersiapkan hati dan alat tulisnya untuk menuangkan kejadian-kejadian yang ia lihat dan rasakan saat Ramdhan berlangsung kedalam buku hariannya. Ia telah jatuh cinta pada Ramadhan, sebelum tiba waktunya. Sehingga ia merasa kasmaran jika waktunya tiba.

Aku bertanya-tanya saat membaca tulisan a[rt]gus faisal hari demi hari di bulan Ramadhan,

“Kira-kira mas a[rt]gus faisal ini kursus dimana ya?”

Kenapa aku bisa bilang seperti itu? Coba deh kalian baca halaman demi halaman. Tak kan merasa bosan, karena ia mempunyai berjuta-juta  atau bahkan miliyaran kosa kata yang bisa ia rangkai secantik mungkin, yang bisa ia jalin satu per satu dengan sempurna, yang bisa ia jahit dengan tusuk demi tusuk kata indah agar yang ia tulis terlihat rapi dan bisa digunakan. Apa mungkin karena ia sedang jatuh cinta atau lagi kasmaran? Sehingga membuatnya benar-benar terlatih dalam merangkai kata. Entahlah. Aku hanya bisa tercengang dan kagum. Kagum dengan dia. Kagum dengan apa yang ia pikirkan. Kagum dengan apa yang ia tuliskan. Kagum dengan pendapat dan segala celotehannya.

“Hm, mas a[rt]gus faisal ini sepertinya sehat sekali ya...” Bisikku dalam hati.

Ia bisa membuat orang lain iri dengan gaya hidup dan gaya bahasanya dalam menulis. Membawa badanku untuk joging kelilingin kampus dengan suasana taman yang menawan yang membuat diri ini terpesona. Tak hanya bisa merangkai kata yang indah, tapi apa yang ia tuliskan ini suatu karya yang mungkin tak ditemukan dalam teori sastra. Hanya ada dalam teori kehidupan dan teori pertemanan dengan hati. Bagaimana tidak? Kalo kita bilang puisi, bukan. Dibilang pantun, apalagi. Dikatakan buku harian, tak bakalan secantik ini. Disebut novel, tak ada tokoh dan segala macam yang dibutuhkan dalam membuat novel. Cerpen, enggak. Lalu apa? Ya itu tadi, inilah bahasa yang mungkin tak semua orang bisa memahaminya. :D

Dibeberapa hari cerita Ramadhan nya ini, ia banyak menuliskan hanya 1 kata sebagai permulaan untuk meluapkan apa yang ingin disampaikannya. Dengan satu kata itu, ia bisa melanjutkannya dengan baik, dengan bahasa hati, dengan jujur, jadi ngenaaaaa banget. Dengan 1 kata itu, ia bisa menjabarkan makna kata tersebut dengan mendalam dn mungkin tanpa lecet.

Aku terlampau terkesima pada setiap curhatan hati kecil a[rt]gus faisal dibuku ini. Dalam memainkan kata-kata, bisa menyihir. Dalam menyampaikan suatu makna, bisa membuat hati meleleh bagaikan mentega yang sedang dipanaskan diatas kompor dengan api merah membara. Dalam mengingatkan, bisa sampai menyadarkan orang yang sedang pingsan karena terjerumus ke lubang menyia-nyiakan waktu. Dalam menegur, bisa membuat ku sesak hingga meneteskan air dari mata agar selalu mendekatkan diri pada Sang Pemilik Langit dan Bumi, Allah ta’ala.

Di buku mungil ini, mengajak aku untuk tersenyum dan bahagia melihat bulan Ramadhan dan menyuruhku untuk Ramadhanan agar apa yang ada dibulan Ramadhan ini tak tersiakan. Di buku penuh mutiara hikmah ini, mengajarkan aku untuk mensyukuri setiap hirupan napas dan kedipan mata ku. Di buku nan sederhana ini, menyesatkan ku di suatu tempat yang jarang ku kunjungi untuk melakukan hal yang baik, yaitu qolbu.

Seperti yang a[rt]gus faisal sampaikan tentang puasa. “Puasa adalah kegiatan personal, namun berbuka puasa telah menjadi kegiatan sosial. Bahkan menjadi upacara yang lebih sakral dari puasanya itu sendiri, sehingga ibadahnya terkerdilkan.”

Contoh lainnya tentang bahasa. “Bahasa adalah realita hidup. Bayangkan hidup tanpa bahasa. Silakan! Apakah bahasa tidak perlu dipelajari atau dipelajarkan lagi? .......... Ramadhan meletakkan pola hubungan sejati, semua menjadi subyek, aku dan semesta menjadi para subyek kehidupan. Hidup ini sesat jika tidak disiasati. Bahasa memandunya. Walau aku masih gagu, dalam terbata memohon pada Ramadhan: ajari aku berbahasa. Bahasa Ramadhanmu.”

Selamat membaca buku ini. Semoga kita bisa sedikit terhipnotis dengan indahnya kalam Allah yang secara tak langsung ada dibuku ini, karena ini adalah suatu kebaikan, insyaallah...

22 comments:

  1. Ass wr wb. terima kasih atas kunjungannya di blog saya (simplyasep.blogspot.com). Katanya kakak mba pernah ikut YES 2009 Kuala lumpur ya. Siapa namanya? kalaw delegasi Indonesia di ajang itu biasanya saya kenal.

    Bilang saja kepadanya, Asep Haryono. YES 2009 Pontianak nginapnya di Hotel Malaya. Satu room dengan Anggun Pratama. Ada banyak YES Indonesia di ajang itu seperti Raymon Sembiring, Setiawaty Nuralami, Melda, Angga Dwi Martha, dan lainnya. Nah siapa nama kakaknya?

    ReplyDelete
  2. iya mas... Ntar deh, tak follow ya, lg g bs ngenet di laptop :p

    namanya ainun mardhiah dr unair...

    Skrng ada lg g ajangnya mas? Aku juga pingiiiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah wah ya ya saya tau tau. Wah heheheheh.
      Salam aja ya dari Asep YES 2009 asal Pontianak.

      Delete
  3. baru launching ini buku mb.... Ada kok di toko buku gramedia...

    ReplyDelete
  4. wah thanks info bukunya sis..
    mampir donk ke blogku :)

    ReplyDelete
  5. yupppssss... Insyaallah ntar tak samperin ya...

    ReplyDelete
  6. yupppssss... Insyaallah ntar tak samperin ya...

    ReplyDelete
  7. wah kayaknya bukunya keren nich,, saya wajib membacanya untuk menambah kemampuan, minimal bisa hebat seperti mba cici,,,
    thanks mba,,

    ReplyDelete
  8. iya, baca aja... Bagus bgt deh. Semoga bermanfaat ya... :D

    ReplyDelete
  9. aku blogging maka aku mampir dan komen.
    maaf lahir bathin dulu :D

    ReplyDelete
  10. Hi hi akhirnya saya sudah di add sama Uni Ainun Mardhiah baik facebook maupun di blognya. Hiehiehiheie. Mantaf. Masih di Jogjakarta kah sekarang?

    ReplyDelete
  11. selamat brgabung dgn kk ku. iya mas. Hehehe. Salut sm jenengan. Jenengan org yg hebat. :)

    ReplyDelete
  12. hei cik, aku baru sempet baca2 blog mu, keren hehe *sungkem sama senior*
    thanks udah nyasar ke blog ku :D

    ReplyDelete
  13. eh eh, sungkem apa nya yud? Hehehe... Fyi, aku g nyasar kok di blog mu. Jalan ku bener, g kesesat. Hahaha

    ReplyDelete
  14. Wah postingannya masih di Sunday, July 29, 2012 nih aja nih. Ditunggu artikel terbarunya ya hiehiehiehiehiehiehiee

    ReplyDelete
  15. hahaha, iya nih mas. Pengen nulis, tp males bgt. Lg pl online lewat laptop blm ada dana nya. Hiks. Jd mau apa2 lewat hp. Kan msh terjangkau. Ntar deh mas, tak tulis dl apa yg musti di post. Doakan scpatnya ya... Btw, kapan mau main ke jogja mas? Mb msh di kulon progo kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. @cici pratama : Ke Kulon Progo taon 2005 itu pun pas menikah hehehhe. Terakhir ke Jogja pas meletusnya Nopember 2010. Insya Allah mampir lahi taun depan. Jogja akan selalu bikin kangen hiheiheiheiehiehiee

      Delete
    2. iya mas. ntar kabar-kabari ya... *sok kenal nih* jangan lupa oleh2nya yg unik2 dari pontianak... :p

      Delete
  16. Mbak, ini kyknya kumcer ya? Ada brp ceritakah? Soalnya bukunya tipis jg ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan kumcer... Mmmm, novel jg bukan. Curhatan hati paling dalem, menurutku. Pokoknya bisa buat nundukin kepala deh, ingat sm yg Maha Kuasa. :D

      Delete